Minggu, 24 Juni 2018

in-depth reflections

Hallo..!!

Mumpung masih dalam suasana Syawal, saya ucapkan "Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir batin untuk kata-kata dan tindakan yang menyinggung dan bahkan sampai menyakiti hati. Mohon saling memaafkan, ya?" 

Satu hal yang saya pelajari dari Ramadhan kali ini adalah, supaya kita menjadi manusia yang lebih baik, tepatnya supaya menjadi pribadi yang lebih bertakwa. Hal yang sudah pasti kita dengar setiap tahunnya. Namun, ini benar-benar mengena bagi saya di tahun ini. Beberapa hal mengingatkan saya untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Khalik, meskipun belum sempurna. See, manusia memang tempatnya khilaf. Makanya, setelah dipikir-pikir dan dirasa-rasa, dosa terbesar saya justru pada Sang Illahi, karena Dia yang paling banyak saya kecewakan. Karena itu dalam doa saya selalu, "Allahummaghfir lii wa liwalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shoghiiroo," mohon ampun untuk saya dan orang tua. 

Bersyukur dan melihat segala hal dari sisi positif bukan perkara mudah, tapi juga bukan perkara sulit. Bagi saya, ini perkara kemauan dan usaha. Tidak perlu banyak dan sempurna. Cukup dengan memberi diri kita sendiri kesempatan untuk bahagia, apapun kondisi yang dihadapi. Lalu, perlukah berpura-pura bahagia? Jawaban saya, seringkali ini perlu dilakukan. Bukan untuk membohongi orang lain, tetapi justru agar menjadi manusia yang benar-benar berbahagia dan bersyukur. Perasaan kecewa, marah, and many other negative feels selalu dan akan selalu ada, saya cuma manusia biasa yang banyak khilaf. I give myself time untuk merasakan perasaan-perasaan itu, dan memberi waktu secukupnya agar tidak terjebak dalam those black hole-of-negative vibes. Perlu diingat, bahwa kita gak pernah bisa mengendalikan bagaimana hal-hal terjadi di hidup kita. TAPI! Kita selalu bisa memilih bagaimana kita bereaksi untuk hal-hal tersebut. Ternyata, buat saya, kebahagiaan itu bisa diraih kalo saya membiasakan diri untuk berbahagia. 

Masih menurut pemikiran saya yang dangkal dan perasaan saya yang suka sering labil, persoalan syukur dan bahagia ini pada akhirnya mendekatkan kita dengan Sang Illahi dan orang-orang baik disekitar kita. Untuk-Nya, gak ada alasan lain, hanya karena Dia-lah Sang Maha. Sementara, untuk manusia-manusia baik disekitar kita, kembali pada sifat manusia yang selalu mencari kenyamanan dari orang lain dengan "frekuensi" yang sama. Dan ternyata, zona bahagia dapat kita ciptakan dan diisi oleh mereka yang dapat saling memberi positive vibes..

These Lady

Yo, what's up? How's life? The long story short, my friend ordered a doll that's so famous named LOL Surprise. I searched t...